Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam bersabda yang artinya : “Aku
berwasiat kepada kalian untuk bertaqwa kepada Allah dan mendengar serta
taat (kepada pemerintahan Islam) walaupun yang memimpin kalian adalah
seorang hamba sahaya dari negeri Habasyah. Sesungguhnya
barangsiapa hidup sesudahku niscaya dia akan melihat banyak
perselisihan, maka wajib atas kalian berpegang dengan sunnahku dan
sunnah Khulafaur Rasyidin yang mendapat petunjuk sesudahku. Berpeganglah
kalian dengannya dan gigitlah ia dengan gigi gerahammu serta jauhilah
oleh kalian perkara agama yang diada-adakan karena semua yang baru dalam
agama adalah bid’ah dan semua bid’ah adalah sesat.” HR Ahmad,Abu Dawud,Tirmidzi,Dzahabi dan Hakim, disahihkan oleh Syaikh Al-Albani dalam Shahih Al jami’ no. 2549
Syaikh Ali Hasan Abdul Hamid dalam Al-Muntaqa An-Nafis,hal. 37, “Hadits ini hasan Insya’ Allah.”
Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam bersabda :” Barangsiapa
yang Allah kehendaki baginya kebaikan, Allah akan menjadikan dia paham
tantang ilmu Agama. Sesungguhnya aku hanyalah pembagi (zakat) sedangkan
Allahlah yang memberinya (yakni pemberi rezeki). Senantiasa akan ada
dari umat ini orang yang menunaikan perintah Allah, tidak akan
membahayakan mereka orang-orang yang menyelisihi mereka sampai datang
keputusan Allah“. HR. Bukhari dalam Fathul bary, No.71 dari Mu’awiyah bin Abi Sufyan
Ubay bin Ka’ab menyatakan :
”
Wajib bagi kalian untuk berpegang dengan jalan dan Sunnah ini, karena
orang yang berada di jalan dan Sunnah ini, yang mengingat Ar Rahman
(Allah) lalu berlinang air matanya karena takut kepada Allah, tidak akan
di sentuh api neraka. Sesungguhnya bersederhana dalam menempuh jalan
dan sunnah ini lebih baik dari pada bersemangat dalam penyimpangan dari
Sunnah“.
Berkata
Syaikh Ali Hasan Abdul hamid (Murid Syaikh Muhammad Nashiruddin Al
Albani), “Atsar ini dikeluarkan oleh Ahmad dalam Az-Zuhd, hal. 196,
secara panjang lebar dengan sanad hasan”
Sufyan Ats-Tsauri menyatakan :
“Bid’ah
itu lebih disukai oleh ilblis daripada maksiat, karena maksiat itu
adalah perkara yang pelakunya masih dapat diharapkan bertaubat darinya,
sedangkan bid’ah tidak dapat diharapkan pelakunya bertaubat darinya.”
Syaikh
Ali Hasan Abdul Hamid dalam Al-Muntaqa An-Nafis, halaman 36, ” atsar
ini diriwayatkan oleh Ibnu Ja’d dalam musnadnya riwayat 1885.”
Al- Fudlail bin ‘Iyadl menyatakan :
“Apabila
engkau melihat seorang ahlul bid’ah berjalan di suatu jalan , maka
ambilah jalan lain. Dan tidak akan diangkat amalan ahlul bid’ah ke
hadapan Allah Yang Maha Mulia. Barangsiapa membantu ahlul bid’ah (pada
amalan bid’ah, pent.), maka sungguh dia telah membantu kehancuran Islam.”
Diriwayatkan oleh Abu Nu’aim 8/102-104 dari Al-Muntaqa An-Nafis hal 26-27.
Imam Al-Khatib al-Baghdadi meriwayatkan bahwa Imam Malik bin Anas menyatakan:
“Sesungguhnya ilmi ini (As-Sunnah) adalah agama, maka telitilah dari siapa kamu mengambil agamamu.”
Imam al-Barbahari meriwayatkan ucapan Sufyan Ats-Tsauri :
“Barang
siapa yang cenderung mendengar dengan telinganya kepada ahli bid’ah,
berarti dia keluar dari jaminan perlindungan Allah. Dan Allah serahkan
dia kepadanya (bid’ah).” Syarh Sunnah Al-Barbahari, hal. 137, dengan tahqiq Abu Yasir Khalid bin qosim Ar Radadi
Sumber: Http://Ghuroba.Blogsome.Com Dikutip Dari Majalah Dinding Al-Ilmu, Majelis Ta’lim Salafy Stt Telkom Bandung
Diarsipkan pada: http://qurandansunnah.wordpress.com/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar