dibanding dengan kebanyakan wanita pada umumnya, dirimu tak terlalu cantik, namun lebih sulit untuk mengatakan engkau BIASA SAJA.
dirimu tak pernah memoleskan make-up di wajahmu, apalagi mengenakan perhiasan sebagaimana kebanyakan muslimah serupa dirimu.
kesahajaan itulah yang mengusik hatiku, sehingga kuputuskan untuk memilihmu menjadi pendamping hidupku. engkau yang sederhana, pintar dan tak banyak bicara, sungguh terlihat dewasa...
engkau bukan anak orang berpangkat, bukan pula keturunan ningrat. aku tak peduli, yang kuutamakan bukan itu. tetapi raga yang selalu menutup aurat dan jiwa yang selalu mengutamakan akhirat. tekadku sudah bulat, kan ku pinang dirimu dalam waktu dekat...
saat itu engkau baru lulus SMU. tak kusangka engaku menerima dengan kedua tangan terbuka. Bahkan demi aku, engkau rela mengorbankan keinginanmu untuk mencicipi bangku kuliah.
semua gurumu pun menyayangkan hal itu, karena menurut mereka engaku termasuk murid yang cerdas. tapi entah mengapa, engkau lebih memilih menjadi ibu rumah tangga saja. Sujud syukurku kepada Allah, Alhamdulillah.
semua serasa begitu mudah, dan kitapun menikah. Saat itu usiaku 22 tahun, sedang usiamu baru 18 tahun. Memang masih terlalu muda untuk kalangan umum, tetapi engkau berani mengambil keputusan itu. engkau berani mengakhiri lajangmu di usia sedini itu. diriku semakin kagum padamu...
sejak menikah hingga kini, belum pernah engaku mengeluh tentang keadaan yang kita alami. Padahal engkau tahu sendiri, penghasilanku yang tak seberapa, kadangkala tak seimbang antara pemasukan dan kebutuhan. Sering kita harus menekan beberapa kebutuhan. Sering kita harus menekan beberapa keinginan karena memang kita tak sanggup untuk menggapainya. Namun tak pernah ku lihat kristal bening menetes dari pelupuk matamu karena itu. Bahkan ketika engkau harus berhutang sekalipun...
Read More..